EN / ID
23 August 2013

Elnusa Yakin Memenangkan Kasus Bank Mega

Wawancara Bpk. Elia Massa dengan Koran Sindo, terkait Kasus Bank Mega.
Publikasi Koran Sindo (hal. 19) tanggal 23 Agustus 2013

Membawahi perusahaan yang sedang bermasalah tentu bukan hal mudah. Namun,  Elia Massa Manik punya pandangan bahwa setiap masalah pasti selalu ada jalan  keluarnya. Presiden Direktur PT Elnusa Tbk ini membuktikannya dengan membawa  perusahaan penyedia jasa migas terpadu itu kembali ke jalur hijau.

Massa sadar betul  upaya perbaikan  bagi Elnusa  harus dilakukan  dengan cara  ekstrem. Kendati mendapat  tantangan dari sejumlah pihak,  –terutama mereka yang sudah  ber ada di zona nyaman–, pria  berusia 48 tahun ini terus  melenggang. Dalam sebuah  perbincangan santai di kantornya  beberapa waktu lalu,  Massa bercerita banyak tentang  sejumlah perubahan yang  diterapkan di Elnusa, berikut  petikannya:

Saat Anda bergabung  dengan Elnusa, kondisi perusahaan  terguncang kasus  pembobolan dana deposito  di Bank Mega senilai Rp111  miliar. Bagaimana cara  Elnusa keluar dari krisis?
Saat itu pemberitaan tentang  Elnusa yang katanya dibobol  rekeningnya muncul di  hampir semua media massa nasional.  Setelah kasus ini merebak,  pemegang saham memutuskan  mengganti direksi dengan  cepat. Saya lantas masuk  Elnusa pada Juli 2011. Terkait  kasus pembobolan, saya katakan  bahwa kemungkinan kasus  itu hanya gunung es. Itu terjadi  karena banyak masalah di dalamnya  yang harus dibenahi.  Walaupun saya tidak tahu persis  apa yang terjadi di Elnusa,  saya memberikan gambaran  berdasarkan pengalaman masa  lalu.

Karena itu, sebelum resmi  bergabung dengan Elnusa, saya  berdiskusi dengan pemegang  saham dan saya sodorkan makalah  tentang management improvement.  Saya minta privilege  untuk melakukan perubahan, khususnya dari segi manusianya.  Itu sudah keempat kali saya  masuk perusahaan dengan  misi membuat perbaikan.

Mengapa sumber daya  manusia (SDM)? 
Berdasarkan pengalaman  sebelumnya, kalau kita menangani  perusahaan, katakanlah  yang hampir bangkrut, kita harus  segera melakukan turn  around. Ini kanmasalah kecepatan  dan biasanya persoalannya  ada pada manusianya. Yang  bisa menyebabkan sebuah perusahaan  tumbuh atau menuju  bangkrut itu ada dua, yaitu kesalahan  model bisnis dan kesalahan  manusianya. Bisa jadi  SDM-nya tidak kompeten atau  mungkin fraud-nya banyak. Di  lain pihak, manakala manajemen  tidak ada perhatian terhadap  orang-orangnya, sebenarnya  dari situ kita tahu bahwa  ada masalah dengan perusahaan  ini.

Saat itu usulan Anda  seperti apa?
Dalam paper saya sebutkan  tiga hal yang bisa menyebabkan  seorang karyawan dipindah,  baik promosi, rotasi, maupun  dikeluarkan. Pertama integritas,  kalau integritas sudah tidak  ada, yamemang harus dipecat.  Kedua masalah kompetensi.  Untuk industri jasa seperti  Elnusa, kita tidak bisa menunggu  lama untuk mendapatkan  SDM yang benar-benar  kompeten karena yang kita jual  adalah kompetensi. Ini sangat  krusial karena tentunya klien  pasti minta jasa yang terbaik.  Ketiga, kategori redundant, di  mana ada dua orang atau lebih  mengerjakan hal yang sama.  Jika berlebihan akan repot, karena  untuk perusahaan jasa seperti  kami antara cost dan revenue sama  pentingnya.

Apa yang Anda lakukan  dalam misi perubahan  tersebut? 
Saya meminta orang di semua  divisi membuat presentasi  terkait pekerjaan mereka dan  pencapaiannya. Saat presentasi  terkait keuangan, saya tersadar  bahwa perusahaan ini harus  segera melakukan turn  around. Sebab, saat itu, bulan  Juni, nilai cashflow-nya negatif  Rp200 miliar. Ini sudah mengkhawatirkan  dan ujungnya kalau  kami tidak bisa memberikan  jasa layanan, proyek klien  bisa ikut berantakan.

Dengan  begitu, saya coba temui dan  meyakinkan klien. Saya jelaskan  kondisinya apa adanya disertai  data dan program perbaikan yang sedang kami lakukan  dengan cepat. Kami meluncurkan  17 item program untuk menghentikan ”perdarahan”  yang dialami Elnusa. Secara paralel,  kami juga melakukan program  refinancing dan itu berhasil  pada Desember.

Anda juga melakukan banyak  perombakan saat itu?
Untuk divisi procurement  ada perubahan radikal, dari 48  orang menjadi hanya 24 orang  dalam waktu tiga minggu. Kami  pelajari proses bisnis. Semua  bisnis yang sakit dipindahkan  dan dikumpulkan di  bawah direktur pengembangan.  Birokrasi yang berbelit dipangkas, sistem pengelolaan  keuangan juga dikembalikan ke  bagian operasional. Saya juga  meneken pemotongan gaji  pada November. Pada proses  itu dari 53 senior manajer, 36 di  antaranya harus pergi. Akar  masalah harus diatasi  dengan revolusi  budaya. Walaupun  ada pertentangan dengan  komisaris, saya maju terus  karena pilihannya tidak banyak.  Hasilnya, kini cashflow  kami sudah positif.

Terkait kasus  pembobolan dana Elnusa,  kabarnya Bank Mega  membawa kasus ini ke Mahkamah  Agung (MA). Anda  yakin menang? 
Bagi Elnusa, uang sebanyak  Rp111 miliar itu kan hampir  sama seperti setahun laba  bersih kami. Sejauh ini kami tidak  mau berpikir kalah karena  keyakinan hukumnya juga  kuat. Di tingkat Pengadilan  Negeri dan Pengadilan Tinggi  kami sudah dimenangkan,  kami berharap MA juga tidak  berbeda banyak. Saya percaya  republik ini masih negara hukum  dan mestinya keputusan  tidak berlarut-larut sampai sudah  dua tahun lebih saat ini.

Saya kira pemerintah, terutama  Bank Indonesia, harus  memikirkan hal-hal seperti  agar lebih tegas ke depan.  Institusi keuangan  ini kan bagian dari perangkat  ekonomi, jadi  harus lebih kondusif ke  depan karena akan sangat memengaruhi kepercayaan  publik dan investor. Sebagai pemimpin,  saya akan menempuh  apa pun untuk mendapat  uang kami kembali. Sebab,  uang sebesar itu akan sangat bermanfaat untuk pengembangan  sekitar 40.000 orang  yang bergantung pada perusahaan  dan proyek-proyek  kami.

Bagaimana posisi Elnusa  di Industri jasa migas di  Tanah Air ? 
Di industri ini pasarnya  besar, sekitar Rp55 triliun per  tahun. Elnusa sendiri baru  menguasai 3,5–4%. Ada banyak  peluang untuk ditangkap dan kita harus lebih cerdas melihat  bagaimana men-deliverjasa  dengan lebih baik kepada  klien. Saat ini Elnusa juga menargetkan peningkatan laba  bersih dari Rp100 miliar menuju  Rp500 miliar dalam waktu lima  tahun, yang artinya kami  akan menguasai 10% pangsa  pasar. Ini ambisi luar biasa.

Sejauh ini bagaimana kinerja  keuangan perseroan?
Per satu semester kemarin  diperkirakan sudah mencapai  laba bersih Rp83 miliar dari  target kami Rp140 miliar untuk  setahun ini. Saya rasa akan  terlampaui. Kalau pusat perhatian  kita pada pengembangan  manusia, saya yakin akan bisa  melampaui yang diharapkan.

Selama 1,5 tahun memimpin  Elnusa, Anda menitikberatkan  pada perbaikan  dan pengembangan  SDM. Bagaimana hasilnya?
Kami datang dengan gaya  manajemen baru. Elnusa sesuai  dengan industrinya harus  dikelola dengan knowledge,  speed, dan Guts. Dengan beberapa perubahan  kini mereka sudah  mulai kreatif mengembangkan  filosofi sendiri, melakukan  koordinasi komunikasi, dan kebersamaan yang bisa membuat  kinerja lebih cepat dan  efisien. Beberapa proyek  seismik kami mendapat penghargaan.  Setelah 34 tahun, untuk  pertama kalinya Elnusa  mendapat penghargaan The  Best Services Company dari Total.

Ada cara khusus yang diberikan  untuk peningkatan  SDM? 
Kami kembangkan Elnusa  Petroleum School yang pada  masa lalu tidak digarap dengan  baik. Kami punya 50 pengajar  dan beberapa konsultan yang  memberikan programprogram  pengajaran dan pelatihan  untuk meningkatkan  pengetahuan teknis, manajerial,  ataupun manajemen strategis  dari para karyawan, termasuk  juga soft skill seperti  kepemimpinan. Untuk  keperluan ini, kami  menganggarkan cukup besar,  mencapai USD3 juta–4 juta.  Setelah 2012 kami jadikan  tahun konsolidasi, tahun ini  kami deklarasikan sebagai year  of human resourcesdan tahun  depan kami siapkan year of  development.

Apa obsesi Anda?
Semakin banyak anak buah  saya yang menjadi direktur,  saya semakin senang. Selama  saya berkarier, sekurangnya  sudah ada 15 posisi direktur.  Saya berharap segera ada 10  orang lagi dalam waktu 10  tahun ke depan. Saya akan  sangat senang kalau dalam 3–5 tahun lagi banyak orang Elnusa  yang dibajak. Ini menjadi salah  satu tolok ukur keberhasilan  kami mengembangkan SDM.

 

Wartawan : inda susanti/yanto kusdiantono

Back to News